oleh

Pemotong BLT Dana Desa Susah Disikat, Ini Alasannya !!

SUARAEMPATLAWANG.COM

Sering terdengar oknum kepala desa memotong dana bantuan langsung tunai (blt dana desa), yang diperuntukkan kepada keluarga penerima manfaat (KPM-red).

Pemotongan yang mestinya tidak terjadi namun seperti lumrah dilakukan oleh oknum-oknum kepala desa tersebut sangat susah terungkap, hal tersebut salah satunya dipicu kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan langsung ke aparat penegak hukum maupun aparatur sipil negara (APIP) dalam hal ini Inpekstorat.

Seperti disampaikan salah satu pegawai Kejaksaan mereka kesulitan untuk memintai keterangan karena masyarakat yang bantuannya dipotong takut saat diminta keterangan.” Pernah kami memangil puluhan orang masyarakat untuk menanyakan pemotongan namun mereka tidak mau buka suara,” ungkap salah seorang Jaksa.

Begitupun pegawai Inpekstorat menyampaiakan hal serupa, bahwa mereka kesulitan untuk investigasi karena masyarakat yang dipotong tidak berani memberikan kesaksian bahwa bantuan yang mereka terima dipotong.” Bagaimana kami mau memanggil oknum kepala desa yang dikabarkan memotong bantuan kalau masyarakat tidak mau memberikan kesaksian,” kilah pegawai Inpekstorat.

“Kami tidak bisa memeriksa hanya berdasarkan katanya, harus ada bukti dan keterangan dari masyarakat yang merasa haknya dipotong,” sambungnya.

Beberapa masyarakat yang mengetahui, maupun menjadi korban pemotongan bantuan rata-rata tidak berani memberikan keterangan atau dijadikan saksi saat diminta oleh penegak hukum.

Berbagi alasan mereka kemukakan, mulai dari masih ada hubungan keluarga hingga takut dicoret dari penerima bantuan diungkap mereka.

“Sama kepala desa masih ada hubungan saudara jadi tidak enak sama keluarganya. Tak hanya itu, laporan kami belum tentu ditindaklanjuti yang ada takutnya malah nama kami yang dicoret dari daftar penerima bantuan,” ungkap Agus, Senin (26/9/2022).

Agus menjelaskan pemotongan berkisaran antara Rp 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah dengan berbagai alasan.” Alasan pemotongan mulai dari pembelian materai hingga deposit bank,” sambung Agus.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *