oleh

Supel, Ramah, Setia Kawan dan Bertanggung Jawab Sosok Pantiana Warga Lubuk Sepang Yang Terbawa Arus Sungai

SUARAEMPATLAWANG.COM

Itulah sosok Pantiana(Pok) 35 tahun Korban terbawa arus sungai Kelampaiyan warga Desa Lubuk Sepang Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang Minggu 19 Maret 2023 dimata rekan kerjanya.

Anak ke 2 dari 7 bersaudara pasangan ibu Salna (62) dengan Bapak Syarifuddin (almarhum) Bekerja di PT. Elap Divisi 2 sebagai Security merangkap bagian Umum sudah hampir 11 tahun. Pak Faisal salah satu Manejer ditempat kerja, begitu sangat kehilangan.

” Pok ” sapaan sehari-harinya merupakan tulang punggung keluarga, apa lagi semenjak bapaknya meninggal. Lima adik adiknya semuanya sudah di antarakannya berkeluarga. Bikin Rumah, Buka usaha, semua di bantu. Bagi keluarga, Pok sosok pengganti seorang ayah. Ketika kami berkunjung, Sangat terlihat kesedihan yang di rasakan ibu Salna,” Ungkap Faisal.

Pagi itu, sekitar pukul 06.30 hujan masih turun cukup deras, sungai di depan Mess, sudah kelihatan meluap. Bapak Tambrin rekan jaga Pok yang juga anggota Koramil Pendopo, memberi saran untuk mempertimbangkan dulu, sekira pok ingin tetap turun ke dusun mengingat Cuaca kurang mendukung.

Dengan alasan nantinya sekitar pukul 14.00-15.00 WIB akan kembali lagi ke loding, Pok tetap memutuskan untuk turun ke dusun. Sebagai rekan kerja Pak Tambrin, Pak Elmira, dan Pak Mulyadi ikut keputusan Pok, Namun sambil menunggu hujan mereda, bikin acara memasak Mie instan.

Sesampainya perjalanan ke dusun di tepi Desa Bandar Agung, mampirlah di kediaman rumah Pak Iwan yang Rumahnya di Sisi Sungai Kelampaiyan. Di situ pak Iwan menawarkan untuk sarapan. Namun Pok belum begitu berselera, merasa sudah cukup memadai beristirahat, sementara penduduk di seberang sungai Kelampaiyan mulai ramai memantau kondisi air, Pok mengajak rekannya Elmira yang juga dipanggil Wildan untuk melanjutkan perjalanan.

Sementara Pak Tambrin, dan Pak Mulyadi tetap di seberang, sebelum menyebrang, Pak Wildan dan Pok menghului sungai hingga masuk di kelapa sawit Pak Iwan. Dengan harapan, sampai menepinya pas di posisi jalan penyebrangan. Dengan berpegangan sebatang pohon, Pak Wildan dan Pok mulai menyeberang mengikuti arus air, dengan posisi, Pak Wildan di depan.

Disaat Pak Wildan melihat ke belakang, Pok sudah terlepas dari pegangan kayu. Pak Wildan sempat terbawa arus, dengan kesadaran dan sekuat tenaga, akhirnya sampai juga ke tepi. Ketika Masyarakat berteriak ” Pok Hanyut…. Pok Hanyut ….. ” Pak Wildan masih berpikir sekiranya Pok berusaha untuk menepi. Namun setelah lewat jembatan Crossing, Pak Wildan mulai lemas dan tak percaya dengan apa yang terjadi.

” Saya Dengan Pok itu, sudah berjanji….. “” Nedo ke saling tumbangkan “” Bilo Dio Ke Betunaan, Kami la Sepakat Untuk Patungan ….. ” ” Di malam Dio la bekecek ” ” Pelinjangan no ….. La Ado …. “” Jemo lubuk sepang nela … “Kenang Pak Wildan dengan kesedihan.

@Mad_Dlungap

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *