oleh

Agama Tidak Memaksa, Apa Iya?!

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.* *Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera

SUARAEMPATLAWANG.COM

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qur’an Surat al-Baqarah: 256).

Bukan bermaksud menggugat atau mendustakan terlebih membantah kebenaran dalil tentang tidak ada paksaan dalam agama. Sebagai pembatasan untuk memperjelas dan mempertegas bahwa artikel ini tidak sedang menafsir atau menawarkan alternatif atau kaidah dan penafsiran al-Qur’an.

Namun maksudnya adalah menguji banyak pandangan terhadap ayat atau kebenaran tersebut. Secara redaksi sebagai teks suci dari Tuhan tentu tidak diragukan lagi, hanya kadang tafsirnya sering kali bahkan terdapat bias dalam arti membangkitkan rasa ingin tahu akan hal itu.

Mari kita urai permasalahannya. Pertama perihal kontekstual waktu dan tempat serta kondisi secara keseluruhan suatu pemahaman terbentuk dari kitab suci khususnya ayat tersebut. Hal telah banyak dibahas, diulas dan didiskusikan dalam berbagai forum-forum. Namun satu kaidah penting pada poin ini adalah pemahaman berdasar pada konteks yang disebut dengan “Asbab an-Nuzuul” atau sebab turun suatu ayat tersebut (atau disebut asbab al-wuruud” terhadap hadits).

Kedua, kepentingan atau penggunaan penafsiran. Sebagai contoh suatu kelompok yang berusaha untuk memaksa pemimpin tunduk dengan menjadikan ayat sebagai dalilnya. Sebut Khawarij, yang berusaha melakukan upaya tersebut di saat suatu kondisi umat Islam dalam kegentingan.

Ketiga, esensial yaitu arti kata paksa atau memaksa dan keterkaitannya serta arti kata agama. Agama, dalam hal ini termaksud adalah “ad-Diin al-Islam” selain sebagai jalan kebenaran juga kebaikan dalam arti sesungguhnya. Selain itu juga, terdapat rasa nikmat atau suka juga “enjoy” dalam hidup dan hidup dengan menjalankannya, baik dalam sabar maupun berjuang.

Kalau sudah begitu, bagaimana esensi dan eksistensi agama tersebut tatkala dihubungkan dengan kata memaksa? Artinya, bukankah memang benar bahwa sesungguhnya setiap orang sejatinya menginginkan kebaikan, kebenaran dan keinginannya untuk dipenuhi, maka arti kata paksaan dapat dimaknai sebagai makna frontal belaka.

Maka sadar lah kita sebagai manusia, tatkala agama telah sempurna dan diridloi Allah yaitu Islam lengkap dengan petunjuk dan obat serta Rahmat yang terdapat di dalamnya kebenaran, kebaikan sampai keinginan manusia, harga yang harus dibayar atas tidak adanya “paksaan” tersebut adalah kerugian yang sungguh, bear lagi selama-lamanya.