Cerpen : Pinasti S Zuhri
SUARAEMPATLAWANG.COM
Bagai Pungguk merindukan Bulan, sebuah pribahasa yang sudah akrab di telinga kita, pribahasa ini sering ditujukan kepada seorang laki laki yang mengharapkan cinta seorang perempuan namun cinta itu tak tersampaikan, dan ada pula yang mengartikan pribahasa ini dengan dua insan yang saling mencintai tapi cinta mereka tidak dapat bersatu karena sebuah perbedaan yang prinsip.
Lalu mengapa Pungguk menjadi ‘korban’ utama dari pribahasa ini, mengapa tidak burung dara, burung perkutut atau kelinci, musang dan hewan lainnya? Misalnya ‘bagai musang merindukan bulan’ atau ‘bagai perkutut merindukan bulan’.
Ternyata memang ada kisah romantisme dibalik pribahasa ‘bagai pungguk merindukan bulan’ ini kisahnya.
Pada zaman dahulu kala, disebuah hutan dipedalaman Sumatera Selatan, berkumpullah sekelompok hewan yang hidup dengan rukun dan damai. Ratusan hewan ini menghuni tempat masing masing tanpa saling menyindir, menghina apa lagi saling memamerkan kekayaan. Meski berbeda beda gaya hidup dan tidak ada aturan tertulis yang memuat sangsi sangsi namun toleransi antar hewan tetap terjaga dengan baik.
Suatu hari, Burung Dara yang berteman akrab dengan Burung Pungguk terbang ke atas pohon untuk menemui karibnya itu. Ia penasaran, mengapa Burung Pungguk tidak pernah datang saat seluruh hewan bergotong royong membersihkan ranting dan dedaunan kering yang berserakan.
Seperti biasa Burung Pungguk sedang tertidur pulas dijerami beratap daun jati.
“Ah engkau, selalu saja, menyia-nyiakan waktu, tidur terus, ayolah kita jalan jalan, cari cewek kita,” kata Burung Dara.
Burung Pungguk yang sayup sayup terbangun hanya membalikkan badannya membelakangi sahabatnya yang mengoceh mengkritisi kelakuannya. Akhirnya karena kesal, Burung dara menggoyang-goyangkan badan sahabatnya itu. Sedikit terbuka kelopak mata Burung Pungguk, lalu menatap sahabatnya dengan sayu.
“Ah engkau, selalu saja, mengganggu tidurku, kau jalan jalanlah sendiri, carilah cewek sendiri, aku sudah ada incaran,” kata Burung Pungguk.
Mendengar jawaban sahabatnya, sontak Burung Dara tertawa terbahak bahak, hampir saja ia terpeleset dan terjatuh dari pohon jati.
“Dasar memang kamu sudah gila, kau keluar selalu malam, mana ada cewek berkeliaran tengah malam, jangan jangan kau berhalusinasi karena masuk angin,” kata Burung Dara.
Burung Dara pun Kembali terbang, ia menemui Burung Perkutut, disana burung burung ini sedang berkumpul sambal menikmati secangkir kopi. Seperti biasa, burung burung yang masih ABG ini selalu bercerita tentang kekasih dan indahnya bermesraan di atas awan biru.
“Kalian tahu siapa kekasih Pungguk?” tanya Burung Dara saat tiba di antara Burung Perkutut. Semua menggelengkan kepala, saling menatap namun semua tetap menggelengkan kepala.
“Aku baru saja main ke rumah Pungguk, aku ajak cari cewek, tapi dia tidak mau, katanya dia sudah punya kekasih,” kata Burung Dara. Kalimat ini langsung disambut gelak tawa oleh para Burung Perkutut.
“Tak mungkinlah kita tahu, Pungguk kan selalu keluar di malam hari, kita tidak mungkin memata matainya untuk memastikan dia punya kekasih atau tidak,” kata Burung Perkutut. Burung burung itu tertawa, lalu menghirup segarnya kopi.
“Coba kau tanya Musang, mungkin dia tahu, seolanya Musang dan Pungguk sebelas dua belas, selalu keluar rumah dimalam hari,” saran Burung Perkutut.
Sejak saat itu isu mulai merebak di kalangan burung, isu kekasih Pungguk yang diragukan keberadaannya meski semua burung tak berani memastikannya karena tak pernah menguntit perjalanan Burung Pungguk di kala malam.
“Mana aku tahu, dia terbang aku cuma bisa melompat, mana sanggup mengikutinya,” kata Musang yang sedikit terganggu karena pertanyaan Burung Dara. Musang yang sedang bermesraan cepat cepat mencari tempat lain menghindar dari rasa penasaran Burung Dara.
Tanpa rasa berdosa, Burung Dara tetap mengikuti Musang, dan terus ngoceh tentang teori teori kemunginan siapa kekasih Burung Pungguk.
“Begini saja, daripada kau ganggu waktu kami bermesraan, malam nanti kita ramai ramai mengintai Pungguk, kita ikuti dia, kita cari tau siapa kekasihnya,” kata Musang. Solusi ini pun disetujui burung Dara.
“Aku hubungi burung burung yang lain,” kata Burung Dara sambal beranjak pergi.
Akhirnya, para burung sepakat memata-matai Burung Pungguk saat malam tiba. Para burung berkumpul menunggu Burung Pungguk keluar dari rumahnya.
Namun saat malam tiba, tak semua rencana berjalan mulus, Burung Pungguk bertengger di pohon yang paling tinggi, sehingga para burung yang lain tak dapat mengawasi, mereka hanya dapat melihat dari kejauhan Burung pungguk mendongak ke atas Langit tanpa tahu apa yang dilihatnya.
Akhirnya para burung pulang ke rumah masing masing, karena burung pungguk tak juga beranjak dari pohon itu.
Masih dalam rangka rasa penasaran, Burung Dara Kembali mendatangi burung Pungguk, seperti biasa burung Dara berceloteh sehingga membuat kesal Burung Pungguk yang baru mau tidur.
“Jika kuceritakan, kau juga pasti tak dapat membantu,” kata Pungguk. Lalu Burung Pungguk curhat kepada Burung Dara. Tak lama kemudian burung Dara manggut manggut, burung Pungguk melongo kebingungan.
“Jika cuma itu permasalahnnya, sangat mudah untuk dipecahkan, yakinlah malam ini kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan, tapi kita perlu bantuan dari teman teman yang lain,” kata Burung Dara meyakinkan sahabatnya.
Akhirnya Burung Pungguk menyetujui rencana Burung Dara, maka seluruh burung dikumpulkan untuk membantu mensukseskan rencana untuk membahagiakan Burung Pungguk.
Malam tiba, tak kurang dari 500 burung berkumpul, mereka mengelilingi sebuah telaga, tepat tengah malam nanti bulan purnama akan muncul.
Tengah malam hampir tiba, dengan hati berdebar, sesuai dengan arahan Burung Dara, Burung Pungguk tak melepaskan pandangannya dari Telaga itu. Dan benar saja, bulan purnama muncul dan perlahan masuk kedalam telaga. Melihat kejadian yang tak disangka sangkanya, burung Pungguk pun Bahagia tak terkira, sebentar lagi ia dapat memeluk bulan purnama yang selama ini ia tunggu tunggu, ia dapat mencium bahkan membawa bulan purnama pulang ke rumah. Sementara ratusan burung yang lain sudah berjaga di tepi telaga agar bulan purnama tak berlari dari telaga.
Tanpa membuang waktu, Burung Pungguk pun langsung terbang dan menukik tajam, 250 KM/jam, ke arah telaga, ia rentangkan sayapnya siap memeluk bulan purnama.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, Burung Pungguk menghantam air dengan keras, air telaga muncrat, seluruh tubuhnya basah kuyup, Burung Pungguk gelagapan karena tak bisa berenang.
Sementara itu, burung dara dan ratusan burung lainnya tertawa terbahak bahak menyaksikan nasib burung Pungguk.
“Inilah dia, burung pungguk merindukan bulan,” kata para burung sambal tertawa.
Akhirnya Burung Pungguk pun pergi dengan tertatih tatih, sekuat tenaga ia rentangkan sayap sayap patahnya, perlahan menjauh dari gelak tawa teman temannya.
Nah itulah kisahnya, Adapun makna yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah :
1. Jika engkau curhat tentang seorang Wanita idamanmu kepada temanmu, dan temanmu menertawakan, yakinlah, temanmu sudah melabelimu dengan kalimat ‘bagai pungguk merindukan bulan’.
2. Dan jika temanmu memberikan solusi atau cara untuk mendapatkan Wanita pujaanmu itu, yakinlah temanmu sedang berusaha menjebakmu agar kau terjebur ke sungai atau kubangan air.
Komentar