oleh

“Nyawer Dan Sumbangsih”, Bukan Budaya Kita Empat Lawang.

Tokoh Budaya Kita

Sulton Bastari ( 67 tahun ) ayah dari 5 orang putra/i dan Delapan orang cucu ini, tidak mau berdiam diri dalam mengisi masa masa tuanya setelah pensiun dari dunia pelayanan publik.
Sebidang kebun yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di Desa Gunung Meraksa Baru merupakan tempat aktifitasnya dalam menyalurkan hobinya di dunia Pertanian.

Namun bukannya Ahir dari pengabdian untuk berkontribusi dalam membangun daerah setelah pensiun baginya. Sekarang ini beliau di daulat oleh Bapak Joncik Muhammad untuk menangani Masalah pelestarian Budaya, adat dan istiadat dalam lembaga Adat Empat Lawang
Mengingat budaya empat lawang yang makin kesini, makin tergeser dengan budaya kebarat baratan.

” Kinii, … Merhaba Makai Organ. “
” Nyunat, ….. Organ ….. “” Ngantat Penganten, ….. Organ ” ” Syukuran, ….. Organ “
” Nigo aqi, Empat aqi, ….. Pacak Bae Organan. “
Ketus mantan Kasi Kesos kecamatan lintang kanan ini khawatir dengan kondisi sekarang.
” Dan Nyawer serta Sumbangsih, itu bukan adat Kito ” termasuk suap suapan itu. Sambungnya.

Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Selatan Mengunjungi Bat Megalit Di Desa Jarakan.

Namun menurutnya, lembaga adat yang belum lengkap kepengurusannya, bahkan tidak ada fasilitas pendukung untuk melakukan penelitian, pengembangan dan pelestariannya, membuat Semuanya terkubur oleh perkembangan zaman. Hingga membuat jati diri daerah empat lawang, yang timbul di permukaan hanya masalah kekerasan.
@Mad_Delungap

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *