oleh

Proyek Seumur Jagung Senilai Rp 42,9 M Hancur di Paiker, Lembaga Elang Emas Geram : Akan Kita Laporkan

SUARAEMPATLAWANG.COM

Hancurnya proyek irigasi di Pasemah Air Keruh (Paiker) yang menelan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 hingga 42,9 Miliar membuat Lembaga Elang Emas (Elemen Pejuang Masyarakat) yang dikenal kritis geram, mereka berencana melaporkan kontraktor yang mengerjakan proyek irigasi tersebut ke aparat penegak hukum.

Diutarakan oleh Pisra ketua Lembaga Elang Emas Kabupaten Empat Lawang, ia dan kawan-kawan akan memasukan laporan ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan dalam waktu dekat.

” Setelah mendapat laporan dan menindaklanjuti pemberitaan, kami pada Sabtu 31 Mei turun ke lapangan dan melihat langsung proyek irigasi tersebut, setidaknya lebih dari 30 titik kehancuran proyek irigasi tersebut, untuk dugaan awal proyek tersebut secara konstruksi sangat lemah, besi yang digunakan terlalu kecil serta Beton Pracetak Modular terkesan dipasang asal nempel. Begitupun pemasangan Bronjong terlihat sama amburadulnya,” ucap Pisra di lokasi.

” Insyaallah dalam minggu ini kita akan melaporkan rekanan yang mengerjakan proyek ini ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan bahkan atau langsung ke Kejaksaan Agung tergantung kesepakatan rekan-rekan di Lembaga Elang Emas,” sambung Pisra.

Sebelumnya diberitakan proyek Irigasi sepanjang 12 km hancur, padahal proyek tersebut baru selesai dikerjakan.

Hal tersebut sempat dikeluhkan Guntur warga Paiker yang mengaku miris hancurnya irigasi di Pasemah anggaran tahun 2023, padahal belum lama selesai dikerjakan.

Irigasi yang melewati tujuh (7) Desa yaitu Desa Talang Padang, Desa Bandar agung, Desa Tanjung Beringin, Desa penantian, Desa Nanjungan, Desa Talang Randai dan Desa Air Mayan terpantau dibeberapa puluh titik jebol.

Menurut Guntur saat ini alat berat milik kontraktor masih di lokasi namun beton pracetak modular maupun Bronjong sudah rusak di saluran irigasi tersebut.

“Ada mungkin ratusan titik yang sudah hancur, saya gak bisa itung saking banyaknya, sebagian yang hancur terlihat tidak ada besi penyangga, jika pun ada besinya kecil-kecil, mungkin besi 8,” terang Guntur.

Tentang siapa pemilik pekerjaan tersebut Guntur menjelaskan milik kontraktor yang beralamat di Palembang,” Kalau tidak salah namanya Maikel, orang Medan tapi tinggal di Palembang, proyek tersebut panjangnya 12 KM,” sambung Guntur.

Guntur juga menjelaskan irigasi tersebut dinilainya tidak bermanfaat justru merugikan warga sekitar,” Dulu masyarakat belum pernah banjir sebelum irigasi dibangun karena dulu ukurannya 8 meter sekarang dibuat 4 meter sehingga air meluap karena tidak tertampung, manfaatnya saya kira tidak ada justru merugikan masyarakat,” masih ucap Guntur.

Pada laman Kementerian PUPR tercatat proyek tersebut dibagi dalam 2 sesi namun kedua pemenang proyek beralamat di alamat yang sama walaupun nama pemenang proyek berbeda.

Pada tahap kedua paket 1 dimenangkan oleh PT Usaha Nata Lestari Sejahtera dengan anggaran Rp 22.590.558.120 (Dua puluh dua miliar lima ratus sembilan puluh juta lima ratus lima puluh delapan ribu seratus dua puluh rupiah).

Sedangkan paket kedua tahap 2 dengan anggaran Rp 20.425.013.765,64 (Dua puluh miliar empat ratus dua puluh lima juta tiga belas ribu tujuh ratus enam puluh lima koma enam puluh empat rupiah) dimenangkan oleh PT. Radot Bangun Perkasa yang juga beralamat di Pasar Minggu Jakarta.

Hingga berita ini ditayangkan tim media Suaraempatlawang.com masih berusaha melakukan upaya konfirmasi ke pihak pemenang tender.

Sementara salah satu warga Paiker lainnya yang enggan namanya ditulis mengatakan Irigasi tersebut membuat penggarap sawah kesulitan mendapatkan air karena pihak pekerjaan tidak membuat pintu air ke persawahan milik warga.” Yang paling berdampak ya petani sawah, karena tidak adanya pintu air sehingga sawah-sawah mereka kesulitan air, bisa jadi tidak bisa lagi ditanam padi ,” ujarnya,, Sabtu 31 Mei 2024 saat dikonfirmasi di rumahnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *