oleh

Tiktok Yunitasman Subroto Terduga Pelaku Ujaran Kebencian Menghilang, Bisa Jadi Harun Masiku ke-2 ?

Terduga pelaku ujaran kebencian melalui Tiktok (foto/fb Yunitasman Subroto)

SUARAEMPATLAWANG.COM

Akun media sosial Tiktok Yunitasman Subroto yang memposting ujaran kebencian terhadap masyarakat kabupaten empat lawang menghilang dari media sosial, Rabu sore, (11/12/2024).

Hilangnya akun tersebut diduga buntut dari aksi ratusan warga empat lawang yang melaporkan dirinya ke Mapolres Empat Lawang di hari yang sama.

Terduga pelaku ujaran kebencian diketahui bernama Yunitasman Subroto, SH salah seorang advokat di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.

Dari informasi yang didapat awak media, Yunitasman Subroto tergabung dalam organisasi Peradi, ia dinyatakan lulus uji profesi advokat pada 17 Oktober 2019.

Hilangnya akun media sosial terduga pelaku yang berisikan ucapan rasis dan mendiskreditkan masyarakat empat lawang dengan mengatakan masyarakat empat lawang selalu bikin onar dimana pun berada, diduga disengaja terduga pelaku untuk menghilangkan alat bukti dan menyulitkan proses penyelidikan yang sedang berjalan di Polda Sumatera Selatan.

Terduga Pelaku memposting ujaran kebencian di akun Tiktok @Yunitasman Subroto pada 8 Desember 2024 lalu.

Awak media sempat melakukan upaya konfirmasi dengan mengirim pesan di akun faceebook Yunitasman Subroto namun tidak mendapat respon pada Rabu pagi (11/12).

Dengan hilangnya akun pemosting terduga ujaran kebencian, masyarakat empat lawang berharap polisi segera menemukan pelaku.”Semoga pelaku segera ditemukan, jangan sampai seperti Harun Masiku yang hingga kini belum juga ditemukan,”ucap Topik warga empat lawang.

Setelah ratusan warga empat lawang melakukan aksi demo, terduga pelaku sempat memposting video permintaan maaf yang diunggah di Tiktok @Yunitasman Subroto dan Facebook dengan nama akun yang sama.

Dalam video permintaan maaf tersebut, terduga pelaku terlihat hanya seorang diri tanpa didampingi Tokoh masyarakat maupun pihak keluarga. Tidak terbersit rasa penyesalan di wajahnya membuat masyarakat empat lawang semakin geram.

“Tetap penjarakan sebagai proses pembelajaran, sehingga dikemudian hari tidak ada kejadian serupa,”kata Pisra salah satu Tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh di empat lawang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *