Nyawa Pasien Diabaikan Demi Prosedur di RSUD Lahat, Bupati Burzah Zarnubi Pilih Bungkam

Tragedi Kemanusiaan di Lahat: Prosedur Birokrasi Lebih Mahal dari Nyawa Pasien Kritis

SUARAEMPATLAWANG.COM

LAHAT, SUMATERA SELATAN—Layanan kesehatan publik di Kabupaten Lahat kembali menjadi sorotan tajam setelah tragedi memilukan merenggut nyawa seorang korban kecelakaan bernama Rara. Korban dikabarkan meninggal dunia saat dirawat di Palembang, Kamis (25/12/2025) setelah terlunta-lunta selama sembilan jam di RSUD Lahat sebelum mendapatkan rujukan.

Insiden ini membangkitkan amarah publik dan menunjukkan dugaan bahwa rumah sakit pemerintah tersebut lebih mementingkan birokrasi dan administrasi uang daripada menyelamatkan nyawa pasien kritis.

​Kematian Rara, warga Lahat, menyisakan trauma mendalam. Pasien yang tiba di RSUD Lahat pada Minggu (21/12/2025) sekitar pukul 13.00 WIB sebagai korban kecelakaan, seharusnya segera mendapatkan tindakan medis maksimal dan rujukan cepat. Namun, yang terjadi adalah penundaan fatal. Proses rujukan ke Palembang baru terealisasi menjelang pukul 22.00 WIB.

​Keluarga pasien yang cemas melihat kondisi Rara kian kritis mulai mendesak dan mengamuk. Alasan keterlambatan yang disampaikan pihak RSUD Lahat sungguh membuat geram: ketiadaan sopir ambulans.

​Ironisnya, di tengah situasi hidup dan mati, pasien dibiarkan tanpa penanganan medis maksimal sebelum keberangkatan. Pihak rumah sakit dinilai melepaskan tanggung jawab dan justru dikabarkan menunggu administrasi pembayaran jasa ambulans dan sopir diselesaikan sebelum korban yang kritis itu boleh dibawa.

​Pernyataan dari pihak RSUD Lahat yang sempat berdalih bahwa urusan ambulans “bukan kewenangan rumah sakit” memicu keributan besar. Sikap ini kontradiktif dengan fungsi rumah sakit rujukan pemerintah dan dinilai sebagai upaya lepas tangan yang keterlaluan. Baru setelah tekanan dan keributan memuncak, secara tiba-tiba RSUD “mengeluarkan” sopir ambulans. Namun, penundaan yang mematikan itu telah terjadi.

Warganet Kompak Menuding: Pelayanan RSUD Lahat Sangat Buruk dan “Gila Duit”

​Kabar tragedi ini menyebar cepat di media sosial dan memicu gelombang kritik pedas dari ratusan warganet. Mayoritas komentar kompak mengatakan pelayanan di RSUD Lahat memang sangat buruk dan mereka berbagi pengalaman pribadi yang serupa.

​Jumli Paizal, seorang netizen, menyuarakan kekecewaannya: “Percuma walaupun Bupati-Wakil Bupati baru pelayanan RSUD tetap [tidak] ada perubahan. Baik dari segi pelayanan terhadap pasien maupun fasilitas sangat tidak memadai.” Komentar ini mengindikasikan bahwa buruknya pelayanan sudah menjadi masalah struktural yang mengakar.

​Kritik keras juga ditujukan pada oknum petugas, dengan tudingan netizen bahwa “sopir ambulan semua gila duit, baru bergerak setelah ada duit,” yang mengarah pada dugaan praktik tidak profesional dan transaksional dalam layanan kegawatdaruratan.

​Sementara itu, netizen Hendi secara spesifik mempertanyakan komitmen pemimpin daerah: “Mana wakil bupati yang koar-koar masalah kesehatan?”

Pemimpin Daerah Bungkam: Bupati Lahat Burzah Zarnubi Menghilang dari Pertanggungjawaban Publik

​Tindakan pihak RSUD yang diduga lebih mementingkan prosedur dan uang daripada nyawa manusia dinilai masyarakat sebagai perbuatan yang tidak beretika. Sorotan utama kini juga tertuju pada pimpinan daerah.

​Sayangnya, Bupati Lahat, Burzah Zarnubi, memilih bungkam dan tidak memberikan tanggapan apa pun saat dikonfirmasi oleh awak media beberapa waktu lalu terkait insiden mematikan ini. Keengganan pemimpin daerah untuk segera bersuara dan mengambil langkah tegas dinilai sebagai bentuk pengabaian terhadap keluhan mendasar masyarakat terkait layanan publik yang vital.

​Insiden Rara menjadi bukti nyata dan alarm darurat bahwa RSUD Kabupaten Lahat memerlukan evaluasi dan perbaikan struktural yang mendesak, terutama dalam layanan kegawatdaruratan. Sampai kapan nyawa warga harus dipertaruhkan hanya karena menunggu birokrasi dan biaya ambulans?