Foto tangkapan layar komentar salah seorang Nakes (ASN) yang juga istri oknum Polisi Polres Lahat di postingan Berita Lahat.
SUARAEMPATLAWANG.COM
LAHAT – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat, sebuah institusi kesehatan milik Pemerintah Daerah, kini tengah menjadi sorotan tajam dan sasaran kemarahan ribuan netizen di media sosial. Uniknya, di tengah badai kritik atas buruknya pelayanan, pihak RSUD Lahat justru dikabarkan merasa terzolimi akibat hujatan yang tak henti-hentinya.
Sentimen negatif ini memuncak setelah mencuatnya kasus pilu yang dialami oleh seorang pasien korban kecelakaan bernama Faiza Az Zahra.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Faiza Az Zahra harus terkatung-katung selama sembilan jam di RSUD Lahat, Minggu (21/12/2025). Pasien membutuhkan rujukan segera ke Palembang, namun proses keberangkatan terhambat fatal lantaran ketiadaan sopir ambulans yang bertugas untuk mengantarkannya. Kelalaian ini bukan hanya menunda penanganan medis kritis, tetapi juga memicu gelombang kemarahan publik setelah pasien dikabarkan meninggal dunia, Kamis (25/12/2025).
Anehnya, di tengah insiden yang jelas menunjukkan adanya masalah prosedural dan SDM, pihak RSUD Lahat dikabarkan melancarkan narasi yang membuat institusi kesehatan di luar Kabupaten Lahat ikut memberikan dukungan. Langkah ini dinilai berbanding terbalik dengan fakta yang ada dan sentimen publik yang memanas.
Respons pihak rumah sakit yang seolah merasa menjadi korban ini kontras tajam dengan ribuan komentar netizen. Warga maya yang berbagi pengalaman di dunia maya dengan tegas menyatakan bahwa pelayanan di RSUD Lahat sudah lama dikenal buruk. Kisah Faiza Az Zahra seolah menjadi puncak gunung es yang membongkar masalah sistemik yang selama ini terpendam.
Ironisnya, alih-alih meredam amarah warga, salah seorang Tenaga Kesehatan (Nakes) RSUD Lahat—yang juga diidentifikasi sebagai istri dari anggota kepolisian—justru menambah minyak ke dalam api. Nakes tersebut disebut-sebut menganggap bodoh warga yang mempertanyakan kualitas pelayanan rumah sakit. Ia bahkan menantang netizen untuk menemuinya di RSUD. Sikap ini memperparah citra RSUD dan memperkuat tudingan publik tentang arogansi institusi.
Meski dihujat oleh ribuan warga di berbagai platform digital, pihak manajemen RSUD Lahat hingga kini belum menyampaikan permohonan maaf resmi. Mereka bersikukuh merasa paling benar dan mengklaim telah bekerja sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (SOP).
Situasi ini semakin pelik dengan keheningan dari pucuk pimpinan daerah. Widia Ningsih, Wakil Bupati Lahat yang biasanya vokal dalam isu-isu publik, hingga saat ini memilih bungkam dan belum memberikan pernyataan resmi mengenai buruknya pelayanan di RSUD yang merupakan aset Pemda.
Senada dengan Widia Ningsih, Burzah Sarnubi juga belum terdengar mengeluarkan pernyataan atau mengambil langkah untuk meredam emosi warga Net yang terus meningkat. Keheningan para pejabat ini dianggap sebagai bentuk pembiaran terhadap masalah pelayanan publik yang krusial dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.
Masyarakat kini menantikan langkah konkret dari Pemerintah Kabupaten Lahat, bukan hanya permohonan maaf, tetapi perbaikan mendasar pada sistem dan mentalitas pelayanan di RSUD Lahat agar tragedi keterlambatan penanganan pasien tidak terulang.
