SUARAEMPATLAWANG.COM
Secara kasat mata, gugatan sengketa Perselisihan Tentang Hasil Pemilhan Umum (PHPU) kabupaten empat lawang semestinya ditolak Mahkamah Konstitusi (MK).
Hal tersebut didasari dengan fakta sudah berkali-kali ditolaknya gugatan pemohon diberbagi tingkat, baik Bawaslu Kabupaten, PTTUN Palembang bahkan Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia.
Dari rangkain tersebut, puncaknya MK yang semestinya cukup menyidangkan sengketa PHPU justru ikut membahas proses tahapan awal pemilu yang merupakan kewenangan Komisi Pemilhan Umum (KPU), dan kebenaranya telah diuji 3 lembaga negara tanpa kesalahan.
Tanpa mengesampingkan kekuasan MK sebagai pengambil keputusan absolut yang konon mereka disebut sebagai perwakilan Tuhan. Ikut campur MK dalam proses pendaftaran calon merupakan tindakan yang tidak tepat. MK seharunya cukup menangani sengketa PHPU dan menghormati peraturan yang telah dibuat lembaga lain.
PHPU, semestinya hanya bisa diajukan oleh pihak calon kepala daerah yang memperoleh suara kecil (Kalah) dan tidak berlaku untuk Pilkada Kabupaten Empat Lawang yang diikuti oleh satu pasangan (Calon tunggal).
MK terkesan ikut ambil bagian dalam ambisi pribadi secuil golongan, entah demi cuan atau hanya ingin memperkeruh keadaan. Kasus Akil Moechtar semoga dijadikan pelajaran agar Hakim MK kembali ke jalan yang benar.
Dari penelusuran tim Suaraempatlawang, Pilkada Empat Lawang yang telah berjalan aman dan menghasilkan pemimpin terbaik pilihan masyarakat membuat segelintir orang yang tidak ingin empat lawang aman terus membuat kegaduhan di media massa.
Opini-opini menyesatkan terus dihembuskan, kegagalan jagoannya ikut dalam kontestasi Pilkada dipoles sedemikian rupa, bahkan fitnah-fitnah keji disebarkan di media sosial, mereka mengaku menjadi korban diskriminasi demi ambisi pribadi dan meraih simpati.
Keluguan masyarakat empat lawang dimanfaatkan, segala cara dilakukan, seolah-olah dirinya paling benar, bahkan demi meyakinkan tidak sedikit doa sesat disuarakan.
Kata-kata permusuhan ikut didengungkan, nama pemenang secara terang-terangan dihujat oleh pendukungnya yang tidak berpendidikan. Semua itu demi mendapat perhatian dan berkhayal jagoannya nantinya diikutkan dalam Pilkada agar perekoniman mereka bisa berubah.(Redaksi Suaraempatlawang.com)
Komentar