oleh

Jelang Putusan Dismissal, Masyarakat Empat Lawang Berharap MK Tolak Gugatan Paslon Kalah

SUARAEMPATLAWANG.COM

Hampir dua tahun roda pemerintahan di Kabupaten Empat Lawang dipegang oleh Penjabat Bupati akibat pemilihan yang tak kunjung usai. Situasi ini membuat masyarakat merindukan kehadiran Bupati definitif.

Melihat kembali Pilkada 27 November 2024 serta Pemungutan Suara Ulang (PSU) 19 April 2025, kemenangan telak yang selalu diraih oleh petahana Dr. H. Joncik Muhammad dan Arifa’i (JM-FAI) menjadi tolok ukur kecintaan masyarakat terhadap kader terbaik PAN dan PDIP ini.

Namun, kemenangan mutlak JM-FAI ternyata tidak serta-merta diterima oleh semua lapisan masyarakat. Sebagian kecil justru terkesan belum rela, dan melancarkan berbagai propaganda yang mencerminkan rasa iri dan cemburu di media sosial. Fitnah-fitnah masif disuarakan oleh akun-akun bodong yang menyerang putra asli Desa Sawah Muara Pinang ini.

Ironisnya, sebagian kecil masyarakat terlihat “dungu”, tidak mampu membedakan. Mereka justru menganggap mantan koruptor yang telah mencoreng nama baik Kabupaten Empat Lawang lebih baik daripada pemimpin yang telah membuat Kabupaten Empat Lawang aman dan tenteram.

Masyarakat Empat Lawang kini menantikan tanggal 26 Mei 2025, saat hakim Mahkamah Konstitusi yang diketuai Suhartoyo akan memutuskan Dismissal terhadap gugatan pasangan calon yang kalah. Masyarakat paham bahwa gugatan yang dilayangkan oleh paslon tersebut tidak akan memengaruhi hasil perolehan suara yang berselisih lebih dari 28 ribu suara antara paslon nomor 1 dan 2 sehingga berkeyakinan penuh akan ditolak hakim MK.

Isi gugatan yang diajukan oleh paslon kalah dianggap masyarakat mengada-ada dan tanpa bukti konkret. Masyarakat menduga gugatan ini hanya dilayangkan untuk memuaskan rasa sakit hati karena selalu kalah dalam setiap kompetisi.

“Empok kito kalah yang dio jangan sampai dilantik,” kira-kira itulah tujuan gugatan paslon kalah menurut masyarakat. 

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, “Walau kita kalah, yang menang jangan sampai dilantik.”

Sikap ini sungguh tidak mencerminkan jiwa politikus sejati yang siap menerima kekalahan dalam sebuah kontestasi.

Semoga para pendukung calon yang kalah segera menyadari bahwa mereka hanya dihasut untuk membenci tanpa memahami bahwa pemenang lebih dicintai masyarakat, yang dibuktikan dengan perolehan suara yang “meledak”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *