SUARAEMPATLAWANG.COM
Lahat, Indonesia– Sebuah insiden pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat, Sumatera Selatan pada Minggu (21/12/2025) telah memicu gelombang amarah warganet, mengubah rumah sakit pelat merah ini menjadi bulan-bulanan di dunia maya. Ironisnya, di tengah ribuan caci maki atas dugaan kelalaian fatal, pihak RSUD justru menunjukkan reaksi yang aneh: merasa sebagai pihak yang paling dizalimi.
Pemicu utama kemarahan publik adalah penanganan terhadap Faiza Az Zahra (18), korban kecelakaan lalu lintas yang berada dalam kondisi koma dan pada akhirnya meninggal dunia Kamis, (25/12/2025). Menurut keterangan keluarga dan saksi mata, pelayanan terhadap Faiza sungguh jauh dari kata maksimal, bahkan cenderung terlantar ditambah sopir ambulan yang telat datang.
Faiza harus dibiarkan menunggu hingga sembilan jam sebelum akhirnya diberangkatkan untuk dirujuk ke Palembang. Selama proses yang berlarut-larut itu, drama demi drama muncul.
Puncaknya, insiden keributan terjadi setelah salah satu perawat diduga melontarkan pernyataan yang sangat melukai, seolah-olah pihak RSUD sudah tidak bertanggung jawab lagi terhadap pasien hanya karena surat rujukan telah dikeluarkan.
Video dan kisah horor pelayanan ini pun viral, memicu rentetan hujatan dari ribuan warganet yang mengecam buruknya standar etika dan profesionalisme di RSUD Lahat.
Situasi ini tak luput dari perhatian politisi lokal. Sutra Imansyah, politisi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), bereaksi keras. Sebagai bentuk keprihatinan dan kritik, ia memasang sebuah papan bunga di depan RSUD Lahat yang isinya menyoroti buruknya pelayanan.
Namun, aksi Sutra Imansyah justru dibalas dengan cara yang semakin memperlihatkan keanehan mentalitas di lingkungan RSUD Lahat.
Alih-alih berbenah dan meminta maaf kepada publik, pihak-pihak di dalam RSUD justru melakukan aksi perlawanan dengan memasang papan bunga tandingan. Jumlahnya bahkan berkali-kali lipat dari papan bunga yang dikirim Sutra.
”Papan-papan bunga ini berisi dukungan terhadap tindakan yang jelas-jelas dinilai publik sebagai ketidakmanusiawian. Ini seperti upaya pembenaran diri yang memalukan,” ujar nitizen.
Ironisnya, publik menilai bahwa pengirim papan bunga dukungan ini adalah orang-orang yang berkepentingan dan tidak mau disalahkan dalam pusaran bobroknya pelayanan di RSUD Lahat. Aksi ini dinilai sebagai upaya kolektif untuk membangun narasi sebagai pihak yang “dizalimi” oleh hujatan publik dan kritik dari politisi, padahal akar masalahnya adalah kegagalan fatal dalam memberikan pelayanan dasar kesehatan.
Reaksi defensif dan serangan balik melalui papan bunga dukungan ini justru memperparah citra RSUD Lahat, menunjukkan seolah-olah mereka lebih fokus pada citra diri daripada pembenahan sistem dan nasib pasien.
