SEL Jakarta - Duta Besar Palestina untuk Indonesia Dr. Zuhair Al-Shun menyatakan terimakasih atas pemberitaan media massa di Indonesia yang selalu membela rakyat Palestina dari penindasan Pemerintah Zionis Israel, sekaligus membongkar kebiadaban tentara pendudukan Israel terhadap penduduk sipil Palestina.
“Kami mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas pemberitaan pers di Indonesia yang selalu membela kepentingan rakyat Palestina dari penjajahan Israel,” katanya dalam diskusi bulanan Lingkar Merdeka SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (1/6/2021).
Diskusi Lingkar Merdeka SMSI mengenai perkembangan terakhir di Palestina pasca gencatan senjata Israel-Palestina tanggal 21 Mei 2021 itu diikuti para pimpinan dan anggota SMSI provinsi seluruh Indonesia dengan kata pengantar dari Sekjen SMSI Mohammad Nasir dan dipandu Ketua Bidang Pendidikan SMSI Dr. Retno Intani.
Menurut Dubes Zuhair, peran para jurnalis Indonesia dalam membela Palestina melalui pemberitaan sangat besar, bahkan ada wartawan Indonesia yang melaporkan langsung peristiwa pemboman yang dilakukan pesawat-pesawat tempur Israel terhadap penduduk sipil Palestina di Jalur Gaza.
Kebiadaban tentara Zionis Israel itu sendiri telah memakan banyak korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak, orang-orang lanjut usia dan kaum perempuan di Palestina. Tapi para pejuang Palestina juga melakukan perlawanan dengan gagah berani sehingga kemudian tercapai gencatan senjata.
“Namun bagi kami sejatinya bukan hanya gencatan senjata yang ingin dicapai, tapi kemerdekaan Palestina, termasuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dari cengkeraman tentara pendudukan Israel,” katanya.
Ia menambahkan, situasi di masjid Al-Aqsa serta di kawasan permukiman Palestina di wilayah Sheikh Jarrah sampai sekarang masih memanas. Seperti biasa Israel selalu melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Sementara itu wartawan senior Aat Surya Safaat yang pernah bertugas sebagai Kepala Biro ANTARA di New York serta banyak bergaul dengan wartawan Arab dan Israel di Markas Besar PBB menyarankan perlunya dialog antar pemuka agama Yahudi, Islam, dan Kristen untuk mencari solusi bagi terciptanya keadilan di Palestina.
Selain itu ia menghimbau perlunya rekonsiliasi substantif antara kelompok Hamas dan Fatah serta sayap perjuangan Palestina lainnya guna menghindari penyusupan yang bisa memperlemah perjuangan bagi pembebasan dan kemerdekaan Palestina.
“Kami dari kalangan jurnalis Indonesia bersama Pemerintah dan rakyat Indonesia Insya Allah konsisten berada di pihak Palestina serta mendukung kemerdekaan Palestina sesuai amanat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang tidak menghendaki adanya penjajahan di muka bumi,” katanya.
Kepala Biro ANTARA New York periode 1993-1998 itu menambahkan, Palestina telah berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia karena bangsa Palestinalah yang pertamakali mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dikatakannya, setahun sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada 6 September 1944, Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini memberikan dukungan secara terbuka bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Proklamasi Kemerdekaa Indonesia, Syekh Al-Husaini atas nama bangsa Palestina mengakui Kemerdekaan RI sebagaimana dikemukakannya dalam siaran radio berbahasa Arab dari persembunyiannya di Jerman yang kemudian disiarkan media massa secara luas.
Sementara di sisi lain Palestina itu sendiri adalah satu-satunya negara di dunia yang belum terbebas dari penjajahan sejak pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955.
Komentar