SUARAEMPATLAWANG.COM
Seorang wartawan dari media online lokal bikin ulah setelah permintaannya untuk bermitra dengan pemerintah desa ditolak secara tegas oleh Kepala Desa. Alih-alih menerima keputusan dengan profesional, wartawan tersebut justru marah-marah di hadapan publik, memancing perhatian warga yang kebetulan berada di lokasi.
Insiden ini terjadi pada (03/05/2025), saat wartawan itu mendatangi kantor desa dan menawarkan kerja sama dalam bentuk publikasi kegiatan serta promosi program desa. Namun, Kepala Desa menolak dengan alasan desa sudah memiliki mitra media resmi dan tidak membuka kerja sama baru.
“Saya hanya menjalankan aturan dan menjaga agar kerja sama media sesuai kebutuhan serta anggaran desa,” ujar Kepala Desa saat dikonfirmasi.
Respons wartawan yang tak terima itu justru menjadi sorotan. Sikap emosionalnya dianggap mencoreng nama profesi jurnalis dan diduga kuat telah melanggar etika jurnalistik, terutama prinsip independensi dan profesionalisme. Bahkan, sejumlah warga menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk pemaksaan terselubung yang tak pantas dilakukan oleh seorang pewarta.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada upaya penyelesaian atau mediasi antara kedua belah pihak. Warga berharap ke depan wartawan bisa lebih menjunjung kode etik jurnalistik demi menjaga marwah profesi dan kepercayaan publik.
Komentar